ngalor [indonesiaku] ngidul

ngalor dulu baru ngidul. atau ngalor untuk ngidul. bisa juga ngalor sampai ketemu kidul (ngidul pula). pokoknya bermodal ngalor demi ngidul. bahkan ngalor-ngidul dapat melewati wetan atau kulon. begitulah garis arah, bukannya malah tanpa arah.

23 March 2010

Doa Penjahat-pun Makbul

Owalah sial! Mungkin begitu bila kita mengalami kisah nyata Nurkim. Betapa tidak, HP kesayangan menguap di depan mata dan setumpuk harapannya.

28 Januari 2010, di Surabaya.
Bermula ketika niat teguh dia ingin segera hijrah ke negeri Dewa. Siang itu terik menghampar di atas kota Surabaya. Sepulang dari rumah sobatnya di Mojokerto, Nurkim mengambil air wudhu di mushola terminal ternama di Jawa Timur, Purabaya di pelataran Bungurasih.
"Bos, mau kemana?" tanya seorang di samping kanannya ketika dia baru saja "tengok salam" menyelesaikan luhur.
"Magelang, Om." jawabnya singkat karena keburu membacakan kiriman Alfatehah kepada orang-orang pujaannya, sesuai diajarkan ayahnya yang almarhum kiai bijak. Orang "om" itupun larut kembali dalam doa-doanya sendiri,  juga sehabis menjalankan luhuran.
"Bos.." sapanya lagi.
"Da pa?"
"Anu, Bos. Kenalin saya A Hong alias Ahmad Hongsia, ketua perkumpulan muslim Tionghoa di Karanganyar, Solo. Saya mengajar di MAN Sragen."
"Oh, benarkah? Saya senang mendengarnya. Saya respek sama orang seperti jenengan yang notabene sipit tapi muslim." Nurkim mulai tertarik.
"Tapi, Bos.. Saya nih mau pulang tapi dompet saya berkehilangan.."
"Maksudnya?"
"Iya, saya 2 hari ini ada acara temu kumpul anggota Tionghoa Muslim se-jawa di surabaya. Tiba-tiba tadi pagi lenyaplah dompet."
"Tak laporan Polisi?"
"Sudah, Om. Tapi ya macam mana pula polisi sekarang kita semua tahu.."
Nurkim mulai ingat lagi beban yang harus ditanggungnya, bayangkan 2 hari harus menyediakan 26juta Rupiah!! (flashback; Nurkim lagi ngurus kepergiannya ke Eropah. Dijanjikan bisa berangkat dengan membayar 42juta. Busyet.. Nah bayaran Nurkim ke agen kurang 26juta tersebut, gitu!) Dari mana? Hanya keajaibanlah mungkin yang bisa mewujudkannya. Atau inikah saatnya? Kata ustadz Mansyur, kalau kita bersedekah akan mendapat pahala dunia alias dapat balasan banyak pula. Bertimpal-timpal. Itu kalau ikhlas karena-Nya. Tergeraklah hati Nurkim untuk om Sipit tersebut.
"Yaudah, om.. Karena kebetulan saya ada, nih uang 100ribu kita bagi. Saya mau pulang ke Magelang 75ribu pake Eka Patas. Nih sisanya, 25ribu yang sedianya untuk saya makan siang nanti buat om ongkos aja, gimana? Biarlah saya puasa tanpa niat dan sahur hari ini.."
"Benarkah?"
"Tapi, Om.."
"Oke, tapi apa?"
"Begini pula; 10 hari lagi saya akan ke Eropa, uang saya bayar agen kurang 26juta. Dalam 2 hari ini, saya harus melunasinya, Om."
"Waduh, Saya tak bisa bantu kalau segitu banyak.."
"Bukan, Om. Saya takbutuh bantuan uang Om, hanya doa saja yang saya inginkan. Doakan saya dalam 2 hari bisa mendapatkannya, entah dari mana."
"Oh, kalau begitu saya siap.. Tunggu sebentar!"
Kemudian om itu berdiri, shalat lagi 2 rokaat, seselasainya lalu tengadahkan doa. Bahkan lama. Mulutnya komat-kamit. Seberapa lama kemudian..
"Dah, Bos. Mudah-mudahan perjalanan Bos baik-baik saja, dan yakinlah pasti datang pertolongan Tuhan. Dua hari adalah waktu yang sangat singkat, tetapi terasa mudah asal kita selalu bersamaNya."
"Wow.. Bijak pula orang ini." gumamnya dalam hati.
"Tapi, Bos.."
"Da pa lagi?"
"Apa cukup 25ribu sampai Solo?"
"Terus gimana?"
"Ya.. tambahin dong. Bos takperlu naik patas segala. Biar cukup buat perjalanan berdua.. Gimana, Bos? Maaf sekali kalau enggak berkenan. Tapi mau gimana lagi?"
"Waduh, lha saya ini pentholan bus-mania, masak jarak jauh enggak pake Eka.. Apalagi banyak bus-bus baru yang belum pernah saya coba.. Ya ga asik dung." gumamnya lagi.
"Gimana, ya.. Gini aja, wong saya ini memang suka naik Eka, ya mbok Om nyari sendiri kurangannya.." lanjut Nurkim.
"Walah, gimana ya, tadi mau ngomong sama Bos aja dengan sedikit gemetaran, takut begitu.. Masak suruh ngomong ke banyak orang lagi untuk tambahannya.. banyak gemetaan ntar pingsan gimana.. Enggak Bos, bergurau." Om itu senyum-senyum.
"Atau gini aja, nih saya punya HP satu lagi. Seberangkat saya ke Eropa tak pakai lagi karena beda jaringan. Om jualkan aja di sekitar sini, hasilnya kita bagi 2. Om dapat pulang dan saya bisa makan siang.."
"Wah ide bagus."
Langsung diambilnya HP butut seharga 200ribu-an itu. Belum dia keluar keluar dari musholla, balik lagi.
"Sebentar, Bos. Saya tambah satu doa lagi, biar Bos juga dapat sangu, nggak cuman bisa bayar agen.."
"Setuju" sahut Nurkim.
Mulut si Om kembali komat-kamit. kali ini sedikit lebih lama. Setelah itu, keluarlah dia membawa HP Nurkim. Lima menit, sepuluh menit dan setengah jam telah berlalau. Nurkim melanjutkan wirid-nya. Dua jam lewat, mulailah kegelisahan Nurkim muncul. Benar enggak dia menjualkan HP. Lha wong konternya aja banyak kok di dalam terminal ini, mengapa begitu lama?

Singkat cerita, hilanglah HP butut kebanggaan Nurkim. Dua hari jadwal dia setor ke agen perjalanan Luar Negeri pun belum bisa dipenuhinya.
"Wah apes tenan." gerutu Nurkim. Dia semakin bingung, perjalannya kurang 7 hari lagi.

Sekali lagi cerita dipersingkat. Tanggal 6 Januari uang baru terkumpul 10juta. itu saja baru pada janji semua. Maksudnya, Nurkim car pinjaman kesana-kemari, dan semua hanya janji. Semua menyanggupi tanggal 7. Semakin dag-dig-dug lah hati Nurkim. Tidurpun tabisa nyenyak.

Semua teman-teman Nurkim dan saudara-saudara se-trahnya didatangi satu-persatu, akhirnya terkumpullah seberapa uang. Sementara agen terus meneleponnya semenjak tanggal 30 kemarin. Dengan keluguan alasannya, agen bisa pula mengerti. Bahkan hingga 2 hari menjelang keberangkatan belum serupiah-pun Nurkim menyetor tagihannya.

Akhir cerita, tepat tanggal 8 Januari Nurkim menuju Jakarta untuk menemui sobat terbaiknya sepanjang masa (walau tanpa rekor Muri dan namanya Martin) untuk diantarlah ia ke Bandara (maklum belum pernah terbang ke luar). Tiket pesanan ke Eropa tercetak pukul 6 petang. Sementara jam di tangan mereka sudah merujuk 2 siang. Sambil terus menyetir menuju hotel tempat pertemuan dengan agen, satu per satu info datang ke HPnya, mengabarkan bahwa transver dari adiknya yang turut mengelola kekurangan pembayaran tersebut akhirnya beres. Hingga transver melegakan, pukul 2.15 siang masuklah ke agen tersebut, Alhamdulillah.. Nurkim sangat lega. Selesai pula urusan agen! Dan paspor yang selama ini ditahan dapat dibawanya kembali. Nurkim menyetir menuju bandara, di antara kelegaan hati, dia masih pula sedikit bingung, karena uang di sakunya tersisa 300ribu rupiah saja. Walah, gimana nih mau ke Eropa? Kalo ditolak karena uang tunjuk gamemadahi?

Tiba masa jabat tangan sobatnya di depan pintu Boarding, mereka mengulurkan tangan.
"Men, nih sedikit rupiah buat di jalan, ya.. Hati-hati and GutLak!!" itulah kata-kata yang membesarkan hati Nurkim. Terlebih karena sembari berjabat, terulur pula 1juta darinya. Nurkim langsung teringat perjalanan selama 10 hari terakhir. Dengan segala daya keringatnya, betapa Allah mengabulkan semua doa-doa orang-orang terdekatnya, termasuk seorang om penjahat tersebut, yang telah membawa kabur HPnya.
"Maha Besar Allah, doa seorang penjahat-pun terkabulkan. (walau sedikit terlambat (red)) "

Dan terbanglah Nurkim dengan berbekal 1,300ribu rupiah di tangan. Dan hanya sebegitulah dia memulai petualangan ke Eropah. Wallahu A'lam bi Sawab.

Naryo Menyusup ke Athena

Dasar Naryo, karena pernah berfikir: hidup di negaranya sendiri kok ga bisa kaya. Ya kelakon alias terkabul klik-nya. Tapi betapapun, malah bisa dan terasa indah bermakna sebaliknya; di negara orang bisa kaya! Mudah-mudahan cocok yang kebalikan itu. khusnudzon namanya. (bersambung)